I. Puisi
Persetujuan ( Karya : Taufiq Ismail )
Momentum telah dicapai. Kita
dalam estafet amat panjang
Menyebar benih ini di bumi
Telah sama berteguh hati
Adikku Kappi, engkau sangat muda
Mari kita berpacu dengan sejarah
Dan kini engkau di muka
II. Pantun
Jalan-jalan ke Pasar Baru
Jangan lupa beli makanan
Kalau punya teman baru
Teman lama jangan dilupakan
Si Mamat beli kuarsa
Beli lagi ikan patin
Selamat menyambut puasa
Mohon maaf lahir dan batin
Si Mamat pergi ke Kebun
Memetik mangga dan jamur
Selamat berulang tahun
Semoga panjang umur
Si Udin beli batu bara
Yang jual namanya Togar
Kalau ingin jadi juara
Marilah kita rajin belajar
Ke Pasar Manggis beli bubur
Bubur dimakan sampai kenyang
Menangis di dalam kubur
Teringat badan tidak sembahyang
III. Pengalaman Menarik
Menginap Di Puncak
Saat liburan kemarin, saya bersama dengan teman – teman saya menginap di Puncak. Tetapi kami berangkat sendiri – sendiri jadi sampai di sananya tidak sewaktu. Sebelum berangkat ke sana, saya ada acara keluarga terlebih dahulu. Tidak terasa acara itu selesai pada pukul 3 sore, setelah itu saya pulang ke rumah untuk beristirahat sebentar.
Kami berangkat dari rumah menuju Puncak setelah shalat Maghrib. Sesampainya kami di Puncak, ternyata sudah pukul 10 malam. Teman – teman saya sudah tiba di sana sejak tadi siang. Lalu kami main sebentar sampai pukul 11 malam, setelah itu kami tidur.
Esok harinya, kami bangun pukul 6 pagi lalu langsung shalat Subuh. Setelah shalat Subuh, kami sarapan bersama. Selesai sarapan, kami berangkat menuju kolam berenang.
Setalah berenang, kami bermain Billiard. Kami sangat senang bermain Billiard. Setelah kami sampai di Villa kembali, kami langsung makan siang bersama karena sudah pukul 1 siang. Lalu kami shalat Zuhur bersama – sama. Setelah shalat, kami main sampai pukul 4 sore. Tidak terasa, sekarang sudah saatnya kami pulang ke rumah. Kami pun pulang ke rumah masing – masing.
IV. Cerpen
Ulang Tahun
Oleh Triani Retno A.
Dewi memandangi kalender di meja belajarnya. Ia sudah melingkari tanggal 25 dengan spidol merah. Pada tanggal 25 itu, Dewi akan berulang tahun ke sembilan.
Dewi ingin ulang tahunnya dirayakan seperti ulang tahun Nita sebulan yang lalu. Ulang tahun Nita sangat meriah. Nita mengenakan gaun yang indah. Hidangan yang tersedia serba enak. Kadonya juga banyak sekali. Kemarin, Dewi telah mengatakan keinginannya itu pada Ibu dan Ayah. Namun, Ibu dan Ayah belum memberi jawaban. Hari ini, Dewi menunggu dengan gelisah di kamarnya. Ia tak bisa konsentrasi mengerjakan PR-nya. Tiba-tiba, Ibu dan Ayah masuk ke kamar Dewi.
“Belajar, Wi?” Tanya Ibu
Dewi tersentak. Sebenarnya, ia lebih banyak melamun daripada mengerjakan PR-nya.
“Ibu dan Ayah sudah membicarakan permintaanmu….”
“Boleh kan, Bu?” tanya Dewi tak sabar.
“Boleh,” sahut Ibu tersenyum.
“Horeee!” seru Dewi sambil melompat gembira. Ia memeluk Ibudan Ayah bergantian.
“Terima kasih, Ibu! Terima kasih, Ayah!”
Dewi gembira sekali karena permintaannya dikabulkan. Ia segera mengeluarkan kertas dan membuat daftar teman-teman yang akan diundang.
“Siapa saja yang ingin kamu undang, Wi?” tanya Ibu.
“Teman-teman sekelas Dewi di kelas 4A. Lalu teman-teman Dewi di rumah,” sahut Dewi.
Ibu mengangguk-anggukan kepala.
“Lalu acaranya bagaimana nanti?”
“Kalau acaranya Dewi minta tolong sama kak Bimo, Bu. Pokoknya Dewi mau acaranya nggak kalah dengan acara ulang tahun Nita.” jelas Dewi.
Ibu tersenyum melihat betapa bersemangatnya Dewi.
Persiapan-persiapan terus dilakukan. Ayah telah membeli sebuah gaun indah untuk dipakai Dewi pada hari ulang tahunnya. Dewi telah membeli kartu-kartu undangan bergambar Donal Bebek untuk diberikan pada teman-temannya.
Beberapa hari berlalu… . Tiba-tiba sesuatu terjadi! Ibu terkena penyakit Hepatitis B. Jadi harus dirawat di rumah sakit.
Dewi kehilangan semangat. Kartu-kartu undangan yang telah ditulisinya ditumpuk begitu saja di meja belajarnya. Dewi sedih sekali. Ia tak ingin lagi merayakan ulang tahunnya secara meriah. Rasanya tak bisa bersenang-senang jika mengingat Ibu sedang sakit. Kalaupun sudah pulang dari rumah sakit, Ibu pasti masih perlu banyak istirahat.
“Undangannya sudah disebar, Wi?” Tanya Ibu katika Dewi datang menjenguk bersama Ayah dan Kak Bimo.
Dewi menggelengkan kepala. “Nggak jadi, Bu,” sahut Dewi.
”Lo? Kenapa?”
Dewi menatap Ibu. “Ibu kan sakit.”
“Nggak apa-apa, Wi. Kita kan bisa buat acara yang sederhan saja, tak usah semeriah pesta ulang tahun Nita,” bujuk Ibu.
“Nggak usah, Bu.”
“Nanti kamu di ejek teman-teman lo, kalau tidak jadi mengadakan pesta ulang tahun,” kata Ibu.
“Biar saja! Dewi cuma ingin ingin Ibu cepat sembuh!” kata Dewi sambil memeluk Ibunya. Ibu mengusap-usap kepala Dewi dengan haru.
Hati Dewi telah bulat. Ia tak akan menyesal karena tak jadi merayakan ulang tahun. Di ulang tahunnya yang ke sembilan ini, Dewi hanya ingin Ibu cepat sembuh dan berkumpul bersamanya kembali.